PAPUA BERANGSUR-ANGSUR PUNAH
Oleh, Marius Goo
Papua yang kaya dalam etnografi, etnik demografi. Alam yang kaya, kemanusiaan yang unik dan menarik, tanah yang subur memikat hati kaum kapitalis dan amoralis untuk hadir menyingkirkan manusia Papua. Manusia Papua hingga kini berangsur-angsur sedang menuju kepunahan. Dari tahun ke tahun, Papua telah diantar ke pintu pemusnahan. Siapa bertanggung jawab menyelamatkan manusia yang masih tersisa? Apakah ini sebuah nasib? Ataukah sebuah ujian iman?
Manusia Papua di ambang pemusnahan
Tanah Papua milik manusia Papua dRi Sorong sampai Merauke. Pada awalnya, tanah Papua dihuni oleh manusia Papua sendiri. Dalam berjalannya waktu orang datang dari luar. Kedatangan manusia asing dengan aneka dalil.
Pertama, demi pembangunan. Orang asing atau orang pendatang hadir atas nama pembangunan. Menurut mereka mereka hadir demi membangun manusia Papua dari keterpurukan, marjinalisasi dan untuk mengejar ketertinggalan. Dalil ini masih dipraktekan dari tahun ke tahun, dari satu rezim ke rezim yang lain. Hingga rezim JOKOWI, istilah pembangunan dilancarkan cukup deras. Presisden JOKOWI atas nama pembangunan menggalkan aneka rencana manusia di atas tanah Papua. Kata pembangunan disampaikan di mana-mana dan melalui aneka media juga kesempatan, namun kenyataan pembangunan hingga kini belum diwujudkan. Bagi indonesia, pembangunan menjadi "bom" membungkam keinginan rekyat untuk merdeka. Otsus adalah nama lain dari pembangunan, sebagai penawaran atas keinginan masyarakat untuk merdeka.
Kedua, demi iman. Ada banyak misionari yang berkeliaran di Papua demi iman. Orang pendatang melihat orang Papua tak beriman. Karena itu, hampir semua agama menjadi peluang terbaik orang pendatang masuk Papua. Orang Papua membuka diri selebar-lebarnya, orang Papua merasa diri tidak beriman atau kurang beriman, karena itu menerima orang pendatang yang beriman dengan ramah dan cinta. Baju iman yang digunakan menutup hati busuk yang membunuh dan memusnahkan. Karena itu, orang Papua pun menerima orang pendatang tanpa kritis dan tanpa penolakan.
Ketiga, demi pemerintahan. Pemerintahan ini satu hal yang paling dominan dan amat terkait dengan "integrasi" bangsa Papua kedalam bangsa Indonesia. Supaya Papua tidak pisah dari NKRI, Indonesia melancarkan aneka program, bahkan dengan menggencarkan gencatan senjata. Dalam usaha ini pula tidak sedikit manusia Papua yang korban, bahkan hingga titik ini.
Dengan melihat realitas yang ada, antara Papua dan Indonesia, rasanya Papua tak pantas menjadi bagian dari Indonesia, bahkan tidak punya masa depan dalam Indonesia.
Apa yang masih tersisa, adalah berjuang membebaskan rakyat Papua yang tersisa dari kepunahan, atau pemusnahan. Tugas pembebasan itu harus dimulai saat ini juga, oleh orang Papua sendiri.
Komentar
Posting Komentar