PEREMPUAN DAN TANAH PAPUA

PEREMPUAN PAPUA DAN TANAH PAPUA
Makiimee, Goo



Perempuan Papua merayakan hari “perempuan sedunia” 7 Maret, tahun 2020 ini dengan gaya dan caranya masing-masing. Mulai dari yang biasa (netral) membicarakan dirinya sebagai wanita, perlawanannya di lembaga-lembaga, hingga lebih gila dan radikal demonstrasi di tingkat internasional. Perempuan Papua turut andil dalam memperjuangkan hak-haknya dari hegemoni dan dominasi demi kesetaraan dan penghargaan pada kemanusiaan sejati.

Pertunjukkan Diri Perempuan Papua
Eksistensi perempuan Papua yang paling utama adalah manusia. Manusia yang punya harkat dan martabat yang sama dengan manusia lain. Kesadaran diri sebagai manusia yang setara, amat penting. Kesadaran tidak sebatas emosional, melainkan harus sampai ke tingkat intelektual. Perempuan menghapus dominasi dan hegemoni tidak pula karena hanya karena sebuah ungkapan emosional, melainkan karena kesadaran intelektual yang mapan.

Dalam merayakan “international women’s” tahun ini, 2020 perempuan menunjukkan diri dalam aneka aksi. Aksi kecil-kecilan adalah dengan merefleksikan dirinya sebagai perempuan, bagaimana harus hidup sebagai perempuan, hingga aksi besar-besaran dengan mengumpulkan masa dan berdemonstrasi. Berdemonstrasi untuk menghapus dominasi dan diskrisminasi, kejahatan kemanusian dan ketidakadilan. Perempuan memperjuangkan bukan bagi diri, melainkan untuk semua, sebab perempuanlah yang Melahirkan kehidupan. Mereka melahirkan pria maupun wanita.

Aksi Demonstrasi kaum Perempuan
Kaum hawa berdemonstrasi untuk kehidupan, nasib sebuah kehidupan bangsa manusia. Mereka merasa bahwa perempuan menjadi dasar bangunan bangsa. Bahkan hingga di jalan mereka berteriak untuk kehidupan bersama, diminta kepada penguasa dan yang mendominasi untuk menghargai kehidupan. 
Bagi kaum awam menghormati kehidupan adalah yang paling mulia. Mereka meminta untuk berhenti berdiskriminasi, militerisasi, mereka meminta menghapus hegemoni patriarkat dan menuju dunia setara yang saling berdampingan dan sejajar. 

Manusia di dunia tanpa wanita mustahil ada. Hanya dengan wanita akan terbentuk sebuah kehidupan dan terpenuhi dunia. Perempuanlah yang melahirkan kehidupan, demikian disampaikan mama Yosepha Alomang saat melawan kaum kapitalis dan militer yang merusak ekosistem di Timika melalui PT. Freeport. Atau Veronica Koman yang mencintai semua orang, tanpa menghianati siapa pun, “saya bukan tidak mencintai Indonesia, justru saya mencintai orang-orang saya untuk tidak menguasai orang lain.” 

Perempuan yang berjuang untuk hidup adalah perempuan hebat. Sebab hidup memang harus diperjuangkan, hidup harus mendapat posisi sentral dalam hidup sendiri. Hanya dengan memperjuangkan hidup, manusia sungguh sampai pada tingkat persatuan mesrah dengan sumber hidup. Hidup itu ada akar, berakar pada sumber hidup dan tumbuh dari sumber abadi.

Tanah adalah Sumber Hidup seperti Perempuan
Perempuan dan tanah tak dapat dipisahkan, bahwa dari tanah dan perempuanlah menumbuhkan tunas kehidupan. Orang Papua melihat dan memaknai tanah sebagai perempuan. Pemaknaan ini tidak salah, bahkan mempunyai prinsip metafisi-spiritual yang paling mendalam. Tanah itu seorang manusia, sebagai yang menumbuhkan dan mengolah makanan untuk keberlangsungan hidup manusia.

Perempuan memperjuangkan kehidupan, tidak lain adalah memperjuangkan tanahnya sendiri untuk tetap terjaga, terpelihara dan tak dirampas. Mereka ingin tanah mendapat tempat teristimewa dalam hidup, sebab secara kultural mengajarkan, sekaligus mengajarkan bahwa hanya dari tanah manusia hidup. Kesuburan tanah, sama artinya dengan kesuburan kandungan, yang pada akhirnya berimbas pada sebuah kehidupan.

Manusia, siapa pun harus mendapat penghargaan selayaknya. Perempuan harus bertanggung jawab atas hidup dan matinya manusia, sebab perempuan sendiri melahirkan kehidupan. Perempuan harus berjuang agar tanah jangan dirampas, karena tanah mempunya kerahiman dan kandungan-kandungan seperti dirinya. Tanah adalah dirinya, tanah dan wanita adalah pondasi bangsa, bangsa akan berdiri kokoh jika perempuan dan tanah menjadi dasarnya.

*Penulis adalah pemerhati sosial kemanusiaan di Papua

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEHAT MENURUT MANUSIA MEE

IPMAPAPARA MALANG DAN HAM

TANAH PAPUA MILIK SEMUA ORANG ASLI PAPUA