SURAT GEMBALA PRA-PASKAH 2020
USKUP TANJUNG SELOR
Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF

”BERSAMA MENGEMBANGKAN IMAN DAN SUMBER DAYA INSANI DALAM DUNIA MASA KINI.”

Segenap umat katolik se-keuskupan Tanjung Selor yang terkasih dan dikasihi Tuhan!

Hari Rabu, 26 Februari adalah hari Rabu Abu. Kita sebagai orang katolik memulai masa Pra-Paskah. Masa Pra-Paskah sering juga kita sebut sebagai masa pertobatan, karena pada saat itu kita secara khusus melakukan pertobatan supaya bisa menghayati secara sungguh-sungguh peristiwa Kristus bangkit. Masa ini juga menjadi kesempatan untuk mengembangkan hidup beriman. Karena itu setiap orang katolik diwajibkan untuk memanfaatkan masa ini dengan sebaik-baiknya. Dalam masa ini, setiap orang katolik mesti berani melihat, menilai dan merefleksikan hidupnya dengan sungguh-sungguh agar mampu menemukan dosa dan kekurangannya, sehingga berani untuk mengakuinya dengan rendah hati. Dengan berani mengakui diri sebagai yang terbatas tidak akan merendahkan seseorang, melainkan semakin mengembangkan sikap rendah hati. Sebab seperti yang dikatakan oleh nabi Yesaya, kita percaya bahwa betatapun besar dan banyaknya dosa, Tuhan akan menerima dan mengampuni karena Tuhan amat mengasihi kita seperti seorang ibu mengasihi anaknya dan tidak pernah melupakan dan meninggalkannya.

Saudara-saudari yang terkasih,

Dalam masa tobat tahun ini umat katolik di bumi Kalimantan diajak untuk merenungkan tema APP (Aksi Puasa Pembangunan): ”membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat. Tema ini sejalan dengan semangat yang ingin kita dalami bersama dalam rangkaian proses menuju Muspas 2020, yakni mendalami apa artinya mengembangkan iman dan sumber daya insani di masa kini. Melalui tema APP dan Muspas kita ingin merenungkan apa yang terkandung dalam Kitab Suci yang mengingatkan kita akan kondisi awal yang dikehendaki Pencipta, yakni menghormati martabat manusia dalam semangat kekeluargaan, seraya terus menjaga keseimbangan hidup seluruh ciptaan (Kej 1: 1-24). Kita sudah dianugerahi rahmat untuk hidup bersama di tanah air kita, secara khusus di bumi Borneo yang kaya dan indah, agar kita mengusahakan dan merawat taman (pulau) ini demi memenuhi kebutuhan hidup kita sekarang dan untuk generasi yang berikutnya (Kej 2:5). Berekonomi secara bermartabat, berbelarasa, dan berkelanjutan, merupakan wujud partisipasi kita dalam karya penciptaan Allah dan panggilan dasar hidup manusia untuk hidup layak dalam kesatuan dengan yang lain sebagai ciptaan Allah.

Membangun kehidupan ekonomi yang bermartabat sangat erat kaitannya dengan keadilan. Tetapi justru yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu masyarkat mengalami ketidakadilan. Tiadanya penegakan hukum untuk menjamin hak-hak ekonomi masyarakat dan pencegahan pencaplokan, penguasaan, atau monopoli sumber-sumber ekonomi oleh para pemodal menjadi indikasi yang sangat kuat adanya ketidakadilan. Akar yang terdalam akumulasi ketidakadilan di bidang sosial ekonomi ini adalah iman tidak lagi menjadi sumber inspirasi kehidupan nyata. Penghayatan iman lebih berkisar pada hal-hal yang lahiriah, simbol-simbol keagamaan. Dengan demikian, kehidupan sosial ekonomi di bumi Borneo ini kurang tersentuh oleh iman. Ekonomi tidak lagi dilihat sebagai sarana dan upaya mencapai kesejahteraan bersama. Maka diperlukan pembinaan iman agar terjadi pertobatan pertobatan, yaitu perubahan dan pembaharuan hati serta budi, seperti yang diserukan oleh para nabi (bdk., Amos 5:21-23).
Pembinaan iman yang mengintegrasikan di dalamnya aspek ekonomi mengandaikan pula perhatian pada sumber daya insani. Kita ingin mengembangkan manusia dan segala potensi yang dimilikinya agar menyumbang lebih besar dalam keterlibatan iman maupun dalam keterlibatan sebagai warga bangsa. Kita perlu menggalakkan kaderisasi awam dan mendorong peningkatan pendidikan anak, remaja dan kaum muda di Keuskupan Tanjung Selor. Kita ingin bergerak bersama sebagai persekutuan umat Allah dalam proses ini untuk menemukan kembali iman yang sejati yang diwujudkan melalui pemberdayaan manusia-manusianya. Suatu iman yang nyata dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak dalam kehidupan bersama dengan orang lain. Dengan sungguh terlibat dalam proses ini, semangat pertobatan akan berbuah dan dirasakan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam arti itu mengembangkan iman tidak sebatas hanya pada pengetahuan tetapi harus menyangkut segenap seluruh kemampuan manusia sehingga orang dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati segenap jiwa, dengn segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan (bdk. Mrk. 12:30).
Semoga semangat misi yang kita terima dari Yesus sendiri sungguh membawa buah berlimpah dalam hidup kita berupa kerelaan untuk semakin terlibat, bergerak bersama dan ambil bagian berupa kerelaan untuk berderma sebagai buah dari puasa dan pantang kita.

PERATURAN PUASA DAN PANTANG
KEUSKUPAN TANJUNG SELOR

hari puasa
Ada 2 (dua) hari puasa yaitu Hari Rabu Abu, 26 Februari dan Jum’at Agung, 11 April 2020.
Puasa artinya makan kenyang hanya satu kali dalam sehari.
Yang wajib berpuasa adalah mereka yang telah genap berusia 16 tahun s/d genap 60 tahun.

Hari pantang
Hari pantang ada 7 (tujuh) yaitu hari Rabu Abu dan 6 (enam) hari Jum’at selama masa Pra-Paskah.
Yang wajib pantang adalah mereka yang berusia 14 tahun ke atas. Pantang artinya selama hari itu tidak makan makanan tertentu yang ditetapkan. Pilihlah salah satu atau dua yang paling sesuai untuk mengungkapkan pertobatan: daging, garam atau rokok.
Pantang ini bisa dilakukan secara pribadi atau oleh keluarga atau kelompok secara bersama-sama.

Anjuran
Karena kewajiban puasa dan pantang itu sangat ringan, sebagai ungkapan yang jelas akan pertobatan, setiap pribadi dianjurkan untuk melakukan cara puasa dan pantang yang dipandang sesuai dengan maksud itu, misalnya puasa secara penuh: tidak makan dan minum sepanjang hari (24 jam). Tentu saja puasa dan/atau pantang yang dilakukan dengan cara itu, tidak dikenai sanksi dosa bila melanggarnya.

Ditetapkan di Tanjung Selor,
Tanggal 22 Februari 2020

MGR.DR. Paulinus Yan Olla MSF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEHAT MENURUT MANUSIA MEE

IPMAPAPARA MALANG DAN HAM

TANAH PAPUA MILIK SEMUA ORANG ASLI PAPUA